Sebuah kapal kargo milik Amerika Serikat terkena serangan rudal di lepas pantai Yaman pada Senin (15/1/2024), sehari setelah kelompok Houthi menembakkan rudal ke kapal perusak Amerika Serikat.
Kelompok Houthi tak berhenti menyerang kapal komersial yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden. Baru-baru ini, mereka menembakkan rudal balistik ke sebuah kapal kontainer berbendera Kepulauan Marshall, Gibraltar Eagle, milik Amerika Serikat yang sedang melintasi Teluk Aden.
Serangan tersebut menghantam ruang kargo kapal dan diperkirakan tidak menimbulkan kerusakan berarti.
Pusat komando Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa kapal mengalami kebakaran, tetapi tidak ada korban jiwa dan tetap layak berlayar.
“Militan Houthi yang didukung Iran menembakkan rudal balistik anti-kapal dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi dan menyerang M/V Gibraltar Eagle,” tulis pernyataan resmi Central Command di akun media sosial X.
“Kapal tersebut melaporkan tidak ada korban luka atau kerusakan signifikan dan terus melanjutkan perjalanannya,” lanjutan dari pernyataan resmi Central Command.
Departemen Transportasi Amerika Serikat merekomendasikan agar kapal-kapal komersial yang terkait dengan Amerika Serikat tidak memasuki Laut Merah bagian selatan dan memperingatkan tingginya risiko kemungkinan serangan balasan.
Kelompok Houthi, yang telah berusaha menguasai Yaman selama lebih dari 20 tahun, mengatakan lebih dari 30 serangan terhadap kapal komersial dalam enam minggu terakhir adalah bagian dari upaya untuk menekan Israel agar mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
“Posisi kami terhadap peristiwa di Palestina dan agresi terhadap Gaza tidak berubah dan tidak akan berubah, baik setelah serangan maupun ancaman. Serangan untuk mencegah kapal-kapal Israel atau mereka yang menuju pelabuhan Palestina yang diduduki terus berlanjut,” ucap kepala perunding Houthi, Mohammed Abdulsalam, dilansir The Guardian, Selasa (16/1/2024).
Kelompok Houthi mengatakan serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah adalah bentuk solidaritas terhadap Gaza yang didukung oleh Iran, yang telah berperang dengan Israel selama lebih dari tiga bulan.
Sekitar 12% perdagangan global biasanya berlayar melewati Selat Bab al-Mandeb, pintu masuk ke Laut Merah antara barat daya Yaman dan Djibouti, namun akibat dari serangan pemberontak ini telah menyebabkan banyak pelayaran dialihkan ribuan kilometer melintasi benua Afrika.
Keberhasilan komparatif Houthi menimbulkan pertanyaan tentang apakah aliansi angkatan laut Amerika Serikat-Inggris di lepas pantai Yaman harus melakukan serangkaian serangan tambahan atau bahkan mempertimbangkan untuk secara aktif bekerja sama dengan pasukan darat Dewan Pimpinan (PLC) yang diakui oleh PBB dan berbasis di Aden.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan serangan terhadap Houthi yang dilakukan pada 11 Januari dimaksudkan sebagai “aksi tunggal terbatas” dan bukan serangkaian serangan berkelanjutan.
Disisi lain, Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia memperkirakan Houthi akan mundur setelah memberikan tanggapan yang diperlukan dan proporsional, namun Rishi Sunak menambahkan bahwa Inggris tidak akan ragu untuk melindungi keamanan dan kepentingan mereka.
“Kami tetap siap mendukung kata-kata kami dengan tindakan,” tegas Rishi Sunak.
Beberapa hari sebelumnya, Badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris melaporkan bahwa sebuah kapal tak dikenal telah memblokir dua kapal kecil.
Pada hari yang sama, Pusat Komando Amerika Serikat mengatakan bahwa 2 jam sebelum serangan terhadap Gibraltar Eagle, sebuah rudal jelajah yang ditembakkan dari wilayah yang dikuasai Houthi gagal terbang dan mendarat di laut tanpa menimbulkan kerusakan.