Sebuah inovasi dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dalam mengatasi limbah Alat Peraga Kampanye (APK) yang bertebaran di Kota Bogor.
Tercatat, ribuan Alat Peraga Kampanye (APK) terpasang di Kota Bogor dan jika tak bereskan akan menumpuk tak berguna karena sulit membusuk.
Wali Kota Bogor, Bima Arya ikut turun langsung melakukan pembersihan pada Minggu (11/2/2024).
Bima Arya juga mengungkapkan proses pemanfaatan sampah APK menjadi bahan bangunan tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan sampah yang ditumpuk karena termasuk bahan yang tidak mudah membusuk. Sementara jika dibakar akan menimbulkan masalah lingkungan.
“Jadi sampah APK dibuat menjadi paving block ini jauh lebih bermanfaat daripada dibakar ataupun ditimbun. Kita nanti akan manfaatkan untuk material sumur resapan,” ungkap Bima.
APK berupa baliho, spanduk, banner, hingga pamflet para caleg dan capres yang terpasang di tempat umum dicopot kemudian dipindahkan menggunakan truk-truk bak terbuka.
Tumpukan sampah sisa kampanye capres dan caleg kemudian dibawa ke tempat pengolahan sampah di Tanah Sareal, Kota Bogor yang bernama Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R) Mekarwangi.
“APK tadi dibawa ke sini, dibersihkan lagi supaya tidak ada (besi) cincinnya, supaya tidak ada bahan lain, kemudian dicacah,” kata Wali Kota Bogor, Bima Arya.
Bima menjelaskan, APK-APK yang telah ditertibkan petugas Kota Bogor ini akan melalui proses pencacahan kemudian dicampur dengan material sampah lain seperti plastik dan sampah kemasan alumunium.
Karena untuk pembuatan paving block tidak bisa dibuat 100 persen dari sampah banner atau APK.
Pencampuran material sampah ini dilakukan setelah APK tersebut disobek menjadi bagian kecil, kemudian dimasukkan ke penggiling untuk diubah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil lagi.
Setelah dicampur dengan bahan lain, sampah bekas APK ini diolah kembali menggunakan mesin dan dicetak menjadi batangan-batangan seperti papan kayu.
“Ini kan (pengolahan sampah) sebenarnya sudah berjalan 6 bulan tetapi tidak menerima atau mengolah bahan dari APK. Bulan lalu saya minta untuk dikaji, itu antisipasi kami terkait penimbunan sampah APK. Ternyata bisa, bahkan bisa lebih kuat (hasilnya). Daripada ditimbun kemudian dibakar atau pun tidak terurai, lebih baik seperti ini, walaupun perlu proses nanti untuk bisa diolah,” kata Bima Arya.
Benda yang dihasilkan dari campuran APK ini berupa balok dan papan berwarna hitam yang kokoh.
Bahkan, hasil dari pengolahan sampah APK ini terpantau sudah dipesan pembeli dari Bekasi.
“Ini pure plastik dan alumunium. Kalau yang ini dicampur dengan banner tadi, dengan APK, ini teksurnya lebih kasar lebih kuat. Ini akan kita salurkan untuk rangka sumur resapan di Kota Bekasi,” kata Bima membanding dua papan hasil pengolahan sampah.
Selain dipakai untuk sumur resapan, benda hitam tersebut, kata dia, juga bisa dibentuk menjadi benda lain seperti paving block.
“Ini pun bisa custom nanti bisa dibuat yang lain,” kata Bima Arya
Dijelaskan, di TPS 3R Mekarwangi sampah APK hasil penertiban itu akan diproses kembali beberapa tahapan sebelum diolah menjadi paving block.
“APK dibersihkan lagi supaya tidak ada bahan lain seperti cincinnya, kemudian dicacah, setelah itu dicampur lagi dengan sampah aluminium dan plastik. Jadi sekitar 30 persen sampah visual dari APK,” katanya.
Ia mengatakan, pemanfaatan sampah APK untuk diolah menjadi paving block ini dilatari karena bahan APK bisa digunakan dan dibutuhkan di TPS 3R Mekarwangi. Hal itu juga setelah melalui kajian sejak sebulan lalu.
“Jadi daripada dibakar, ditimbun begitu saja di (TPA) Galuga, lebih baik kita olah. Tapi memang kapasitasnya terbatas hanya 200 kilogram sehari (TPS 3R Mekarwangi). Nah, karena itu yang tidak bisa diolah, kita salurkan ke jejaring kita di titik-titik lain,” tandasnya.