Jelang hari pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, kata “Dirty Vote” mencuri perhatian publik Indonesia.
Diketahui, Dirty Vote merupakan sebuah film dokumenter yang mengangkat berbagai kecurangan Pemilu 2024.
Film ini mencuri perhatian publik Indonesia di hari pertama penayangannya, Minggu (11/2/2024).
Belum ada sehari, film dokumenter Dirty Vote telah ditonton lebih dari 4 juta kali.
Film dokumenter ini dibintangi oleh tiga Ahli Hukum Tata Negara, yakni Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari.
Ketiganya memaparkan sejumlah data dan mengurai pelanggaran hukum pada Pemilu 2024 saat ini. Mereka juga menjelaskan potensi-potensi kecurangan berdasarkan kacamata hukum di Indonesia.
Film yang berdurasi 1 jam 57 menit ini disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono.
Dia mengatakan Dirty Vote menjadi tontonan di masa tenang pemilu, dan berharap dapat mengedukasi publik.
“Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres, tapi hari ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara,” ucapnya.
Ada beberapa poin yang dijelaskan dalam film Dirty Vote. Diantaranya adalah kecurangan melalui penunjukan 20 penjabat gubernur dan kepala daerah, tekanan terhadap kepala desa untuk mendukung calon tertentu, penyaluran bantuan sosial atau bansos yang berlebihan, serta penyimpangan hasil sidang putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Tak berhenti sampai disitu, ditemukan juga bukti bahwa beberapa parpol tidak memenuhi syarat verifikasi di hadapan Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun “diloloskan” melalui beberapa permainan gelap yang dilakukan beberapa oknum.
Menjelang akhir film, film dokumenter yang memuat kliping beberapa artikel surat kabar dan video ini menjelaskan rangkaian peristiwa yang berujung pada keputusan Mahkamah Konstitusi tentang batasan usia dan syarat pencalonan Calon Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres. pemilihan Umum. Hal ini dianggap sebagai karpet merah bagi Gibran untuk maju di Pilpres 2024.
Terkait hal tersebut, Gibran Rakabuming Raka mengaku belum menonton film tersebut.
“Saya belum menonton, belum mengetahui isinya, nanti ya tak lihat dulu,” kata Gibran, Senin (12/2/2024).
Jika ada temuan kecurangan, Gibran meminta untuk dibuktikan dan dilaporkan.
“Ya kalau ada kecurangan silahkan dibuktikan, dilaporkan, makasih ya masukannya,” ujar Gibran.
Ditanya apakah merasa dirugikan dengan adanya film dokumenter tersebut, Gibran kembali mengatakan bahwa dirinya belum menonton film tersebut.
“Saya belum nonton, ya biasa saja,” pungkas Gibran.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman mengatakan sebagian besar isi film tersebut adalah fitnah.
“Perlu kami sampaikan bahwa sebagian besar yang disampaikan film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang bernada asumtif dan sangat tidak ilmiah. Saya mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang ada di film tersebut, di rekaman tersebut,” ujar Habiburokhman dalam konferensi pers di Media Center TKN, Jakarta Selatan, Minggu (11/2/2024).
Sedangkan, Juru Bicara Timnas Amin Iwan Tarigan mengatakan, film tersebut menjadi sumber pengetahuan untuk masyarakat soal politik di Tanah Air.
“Film Dokumenter ini memberikan pendidikan kepada masyarakat bagaimana politisi kotor telah mempermainkan publik hanya untuk kepentingan golongan dan kelompok mereka,” kata Iwan melalui keterangan tertulis pada Minggu, (11/02/2024).
Di sisi lain, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD menilai temuan yang diungkap dalam film dokumenter tersebut bukan sesuatu yang baru dan sesuai dengan kondisi saat ini.
Deputi Bidang Hukum TPN Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis berpendapat film Dirty Vote bisa menjadi pengingat soal maraknya pelanggaran di Pemilu 2024.
“Apa yang ditulis atau dibuat dalam film tersebut itu tidak ada yang baru sama sekali. “Film ini menurut saya pendidikan politik yang sangat bagus. Jadi, jangan baper lah, itu saja yang mau saya bilang.” kata Todung saat konferensi pers di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Minggu (11/2/2024).