Emmanuel Macron Presiden Prancis menjelaskan pada Hari Senin (25/03/2024) bahwa pihaknya memiliki informasi bahwa ISIS juga mengincar wilayahnya. Macron juga memperingatkan Rusia untuk tidak menggunakan insiden penyerangan di Moskow sebagai alasan untuk menyalahkan Ukraina.
“Kami memiliki informasi intelijen bahwa ISIS merencanakan serangan dan melaksanakannya,” “Kelompok ini melakukan beberapa upaya serangan di wilayah kami sendiri,” ucap Macron, dikutip dari Kompas.com pada Selasa (26/03/2024).
Penjelasannya, ISIS mengaku bertanggung jawab atas pengeboman malam hari Jumat (22/3/2024) di Moskow yang menewaskan 137 orang. Moskow menolak untuk mengomentari hal tersebut. Badan-badan keamanan dan Presiden Vladimir Putin memberikan dugaan bahwa pelakunya mungkin ada hubungannya dengan Ukraina.
Daripada pembicaraan langsung dengan Putin, Macron menyatakan bahwa Paris telah menawarkan bantuan kepada dinas keamanan Rusia dan menambahkan bahwa akan ada kontak dengan para menteri.
Sejak berusaha meyakinkan Putin untuk tidak menginvasi Ukraina melalui serangkaian panggilan telepon pada tahun 2022, pemimpin Prancis tersebut belum berbicara dengan Putin.
Dengan terjadinya hal atau insiden tersebut, menanggapi bencana penembakan mengerikan yang terjadi di Moskow pada akhir pekan lalu, para pejabat Prancis memutuskan untuk meningkatkan status peringatan keamanan teror ke tingkat tertinggi.
Otorisasi resmi atas kenaikan status keamanan ini muncul sebagai hasil dari diskusi langsung antara otoritas negara dengan Presiden Emmanuel Macron, pejabat senior keamanan dan pertahanan, dan Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal, menurut sebuah tweet di platform X.
“Mengingat klaim tanggung jawab ISIS atas serangan tersebut dan ancaman yang membebani negara kami, kami memutuskan untuk meningkatkan sikap Vigipirate ke level tertinggi: Serangan darurat,” tulis Attai dalam platform X, dikutip dari Tribunnews pada hari Selasa (26/03/2024).
Sistem peringatan Perancis terdiri dari tiga tingkatan. Ketika serangan yang signifikan terjadi, baik di dalam negeri atau internasional, atau ketika serangan dianggap akan segera terjadi, maka tingkat “serangan darurat” akan dipicu.
Pemerintahan Paris dapat mengerahkan pasukan keamanan dan angkatan bersenjata untuk melakukan patroli yang lebih besar di tempat-tempat umum termasuk stasiun kereta api, bandara, dan tempat ibadah dengan mengaktifkan tingkat keamanan tertinggi.
Selain karena insiden yang terjadi di Moskow, Prancis mengambil tindakan ini juga sebagai respons terhadap sejumlah serangan Islam yang mengerikan, seperti tragedi gedung konser Bataclan tahun 2015, di mana para ekstremis menembak dan menyandera penonton konser selama berjam-jam sebelum menyatakan 12 orang tewas.
Keputusan Francois Hollande untuk bersekutu dengan koalisi pimpinan AS melawan ISIS adalah faktor lain yang menjadikan Prancis sebagai target utama. ISIS menyerang wilayah Prancis dengan ganas karena sejumlah alasan.