Begini Asal Usul Hari Bahasa Ibu Internasional yang Diperingati 21 Februari

Asal usul Hari Bahasa Ibu Internasional 21 Februari

Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Seluruh Dunia atau International Mother Language Day.

Sebenarnya apa sih arti Bahasa Ibu itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bahasa Ibu adalah bahasa yang dipelajari sejak lahir melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat.

Contohnya jika dari lahir seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya, maka bahasa ibunya adalah bahasa Indonesia.

Di Indonesia, bahasa ibu dapat tergolong dalam dua kategori utama, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

Menurut PBB, Hari Bahasa Ibu Internasional dirayakan setiap tahun untuk menekankan pentingnya melestarikan bahasa ibu.

UNESCO mencatatkan secara global terdapat 40% penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap pendidikan untuk bahasa yang mereka gunakan. Terdapat 250 juta anak dan remaja belum bersekolah dan 763 juta dewasa yang belum bisa menguasai literasi dasar.

Oleh karena itu, pada tahun 2024 UNESCO memilih tema “Multilingual education is a pillar of intergenerational learning”. Tema yang diusung tahun ini menyampaikan pesan bahwa pendidikan multibahasa adalah pilar pembelajaran antargenerasi.

Tema ini sangat penting untuk pendidikan inklusif dan pelestarian bahasa asli. Dengan memulai pendidikan dalam bahasa ibu siswa dan secara bertahap memperkenalkan bahasa lain, hambatan antara rumah dan sekolah akan terjembatani, sehingga memfasilitasi pembelajaran yang efektif.

Perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 2024 oleh UNESCO akan menyoroti pentingnya penerapan kebijakan dan praktik pendidikan multibahasa sebagai pilar untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4, yang menyerukan pendidikan inklusif, berkualitas, dan pembelajaran seumur hidup untuk semua, serta tujuan Internasional Dasawarsa. tentang Bahasa Adat (2022-2032).

Menurut laporan UNESCO, saat ini sekitar 250 juta anak dan remaja masih putus sekolah dan 763 juta orang dewasa tidak menguasai keterampilan literasi dasar. Pendidikan dalam bahasa ibu mendukung pembelajaran, literasi dan penguasaan bahasa tambahan.

Faktanya, saat ini, 40% populasi dunia tidak memiliki akses terhadap pendidikan dalam bahasa yang mereka gunakan atau pahami.

Bahkan di beberapa negara, angka ini meningkat hingga lebih dari 90%. Namun, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa oleh siswa di sekolah memberikan landasan yang kokoh untuk pembelajaran, meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan berpikir kritis, serta membuka pintu bagi pembelajaran antargenerasi, revitalisasi bahasa, dan pelestarian budaya dan warisan tak benda.

Merujuk pada National Today, peringatan ini pertama kali diumumkan oleh UNESCO pada tanggal 17 November 1999. Kemudian pada tahun 2002, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi mengakuinya dengan diadopsinya resolusi PBB 56/262.

Ide ini dicetuskan oleh Bangladesh untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional. Tanggal 21 Februari juga diambil dari kejadian di Bangladesh dimana rakyatnya memperjuangkan pengakuan bahasa Bangla sebagai bahasa ibu mereka.

UNESCO percaya akan pentingnya keanekaragaman budaya dan bahasa untuk masyarakat di seluruh dunia yang berkelanjutan. Dalam mandatnya untuk perdamaian, UNESCO bekerja untuk melestarikan perbedaan budaya dan bahasa yang menumbuhkan toleransi dan rasa hormat terhadap orang lain.

Menurut UNESCO, masyarakat multibahasa dan multikultural ada melalui bahasa mereka yang menyebarkan dan melestarikan pengetahuan dan budaya tradisional dengan cara yang berkelanjutan. “Keanekaragaman bahasa semakin terancam karena semakin banyak bahasa yang hilang”.

Total
0
Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts