Pemungutan suara Pemilu 2024 telah usai, seluruh pihak mulai dari calon legislatif (Caleg), Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), sampai Tim Sukses pasti telah bekerja keras agar pemilu berjalan lancar.
Berkaca dari Pemilu sebelumnya di mana banyak petugas KPPS yang jatuh sakit bahkan hingga meninggal dunia.
Tak mau hal serupa terulang kembali, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah menyiapkan layanan khusus untuk mencegah hal-hal buruk terjadi khususnya terkait kesehatan mental pada anggota KPPS, Caleg, dan Timses pasca pemilu.
“Dinas Kesehatan DKI Jakarta mempunyai fasilitas dan layanan kesehatan jiwa, dengan RSUD Duren Sawit sebagai pusat rujukan utama untuk menangani berbagai kondisi, termasuk stres dan gangguan kesehatan mental,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta dr Ani Ruspitawati.
Puluhan puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di DKI Jakarta juga telah disiapkan bagi Calon Legislatif dan peserta pemilu yang mengalami stres dan gangguan mental.
“Apabila ada peserta pemilu, caleg, atau timses yang stres hingga gangguan jiwa/gangguan kesehatan mental karena gagal memenangkan Pemilu 2024 yang membutuhkan pendampingan psikolog, ada psikolog yang tersebar di 25 puskesmas se-DKI Jakarta,” katanya.
Dia menambahkan, secara umum stres dan tekanan psikologis sering terjadi pada peserta calon legislatif yang gagal. Namun hingga saat ini Dinkes DKI belum pernah mendapati data terkait caleg gagal yang membutuhkan layanan pemeriksaan kesehatan jiwa.
“Proses ini dimulai dengan skrining dan tindak lanjut awal di 44 puskesmas di setiap kecamatan dan dapat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah yang mempunyai layanan psikiatri apabila perlu dilakukan tindak lanjut oleh dokter spesialis kesehatan jiwa,” ujar Ani.
“Pemilu 2024 ini dengan adanya fasilitas dan layanan kesehatan jiwa yang semakin baik, kami akan mendata peserta pemilu yang gagal dan berobat ke fasilitas kesehatan kami di Provinsi DKI Jakarta,” katanya menambahkan.
Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama, MKM menyebutkan bahwa Kementerian Kesehatan sudah menginstruksikan ke seluruh fasilitas kesehatan untuk berpartisipasi dan antisipatif dalam hal jika ada keluhan fisik dan mental.
Untuk pencegahan penyakit mental, ada CERIA yang bisa dilakukan setiap hari, yaitu Cerdas emosional, intelektual, dan spiritual, Empati, Rajin beribadah, Interaksi yang bermanfaat, dan Asah asih asuh dalam keluarga dan masyarakat.
“Selain itu, kita juga harus mengambil hikmah positif dari berbagai peristiwa, ini yang kadang masyarakat sulit lakukan, kalau nyaleg kalah selalu merasa kok nggak beruntung, kok sial banget. Nah, itu kita coba gali sisi positif dari diri kita, itu bisa membuat kita tidak overthinking.”
Ngabila menegaskan, yang paling penting adalah bagi masyarakat agar menghilangkan stigma jika melihat seseorang mengalami gangguan mental.
“Selain itu, jika merasa sakit atau tidak beres dengan kesehatan badan, baiknya segera konsultasikan ke dokter. Jangan malu, jangan mager (malas gerak) agar gejala yang dirasakan tidak semakin berat dan bisa segera diobati hingga sembuh,” imbuhnya.